Angger Kinasih

Sebuah film pendek dari Ghratama Pustaka Yogyakarta

IMG_3860

Angger dalam Bahasa Jawa berarti peraturan sedangkan Kinasih adalah cinta atau kasih sayang. Sehingga ketika digabungkan menjadi satu berarti peraturan cinta. Ini bukanlah kisah roman picisan tentang cinta-cintaan para remaja, akan tetapi kisah sebuah film pendek yang ditayangkan di penyambutan peserta outing class SMPIT Bakti Insani di Grhatama Pustaka Yogyakarta pada hari Rabu 28 Oktober 2018. Film pendek ini berdurasi lebih kurang 20 menit dengan bahasa yang digunakan adalah Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Film ini bercerita tentang aturan yang dibuat orang tua agar anaknya bisa menjadi baik dan tidak terprovokasi teman-temannya.

Cerita ini bagi saya cukup menarik dan bisa menginspirasi anak-anak remaja untuk memahami kondisi orang tua dan tidak terpengaruh pergaulan negatif teman-temannya. Angger dan Kinasih nama dua orang anak yang memiliki orang tua yang lengkap. Angger adalah siswa SMP sedangkan Kinasih adalah siswa sekolah dasar. Ibu bekerja sebagai tukang cuci baju atau laundry yang sederhana, sedangkan bapaknya adalah tukang ojek. Profesi kedua orang tua mereka bisa dibilang masih masuk dalam keluarga miskin. Pada suatu hari. Angger diejek oleh temannya karena pergi ke sekolah memakai sepeda. Dia menyukai seorang perempuan yang tidak mau kalau dibonceng oleh siswa yang hanya naik sepeda. Kemudian dia meminta motor kepada bapaknya, karena bapaknya tegas dengan pendirian bahwa Angger belum cukup umur dan belum mempunyai sim untuk naik motor maka permintaan tersebut ditolak. Lagipula uang untuk beli motor tidak ada. Singkat cerita Angger nekat membawa motor bapaknya ke sekolah diam-diam. Di sekolah ternyata dia tetap diejek oleh teman-temannya karena motor yang dibawa tersebut motor tukang ojek.

Berbeda cerita dengan Kinasih, anak ini tidak mau bersosialisasi dengan teman-temannya karena sering diejek. Teman-temannya mengejek ibunya yang berjalan pincang. Akibat ejekan tersebut Kinasih sering berantem dengan temannya bahkan sampai menyakiti temannya. Di akhir cerita semua anak-anak tersebut sadar dengan perbuatannya.

Banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah ini. Salah satunya adalah tidak boleh mengejek teman, karena hal tersebut termasuk tindakan bullying. Tindakan bullying tersebut ternyata mengakibatkan efek yang mendalam tidak hanya pada anak tersebut tetapi juga kepada keluarganya. Contohnya menjadi anak yang nekat melawan orang tua dan menjadi anak pendiam seperti kisah di atas. Maka peran orang tua sangat penting untuk mendidik anak-anak dengan aturan yang tegas dengan penuh cinta. Dalam kisah tersebut ada kisah orang tua yang terlalu keras kepada anak sehingga dia menjadi anak yang tidak terbuka. Itu adalah salah satu penyebab mengapa dia melakukan hal negative tersebut. Di lain sisi juga disuguhkan peran orang tua yang mencoba mendekati anak dengan cara halus, berinteraksi dengan anak mencoba menggali apa yang dirasakan anak. Ternyata dengan cara tersebut anak mau bercerita dengan orang tua. Peraturan dibuat bukan untuk menjudge anak salah, tetapi dibuat untuk mengarahkan anak menjadi lebih baik. Sehingga ketika anak melanggar peraturan maka berilah konsekuensi dari kesalahannya bukan hukuman. Peraturan tersebut harus dibubuhi dengan cinta supaya anak-anak bisa terdidik dengan baik. Jika tertarik menonton kisahnya lebih lengkap silahkan mengunjungi Grhatama Pustaka Yogyakarta yang terletak disamping Jogja Expo Center tepatnya di Jalan Janti, Wonocatur, Banguntapan Bantul, Yogyakarta.

IMG_3835

Siswa melihat buku koleksi
Ghratama Pustaka

IMG_3826

Pemberian kenang-kenangan oleh Kepala Sekolah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *