
Sampah merupakan momok yang mengerikan di dunia. Karena sampai saat ini belum ada cara yang ampuh untuk memberantasnya. Dilansir dari Kompas.com (21/2/2019), Indonesia merupakan penyumbang sampah plastic terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut. Hal ini disampaikan oleh Menteri Kelautan dan perikanan, Susi Pudjiastuti. Kondisi yang parah juga terjadi di Yogyakarta yaitu Tempat Pembuangan Sampah Terakhir Piyungan yang sudah melebihi kapasitas. Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan.
Beberapa kondisi tersebut membuat sekolah kami mengadakan workshop mini tentang sampah. Workshop mini ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa tentang bagaimana mengelola sampah. Workshop dilaksanakan di semester 2 tahun ajaran 2018/2019 dengan pemateri dari Bank Sampah Handayani. Bank Sampah ini beralamat di Plosorejo, Sardonoharjo, Sleman. Selama workshop siswa diberikan materi tentang jenis-jenis sampah dan bagaimana cara memilahnya. Selain itu diperlihatkan juga hasil daur ulang sampah. Salah satu contohnya adalah lembaran triplek yang terbuat sampah Lembaran tersebut mempunyai nilai atau harga jika dijual.


Dari beberapa ilmu yang kami dapatkan dari workshop, sekolah kami berinisatif untuk melaksanakan program pemilahan sampah. Awalnya semua sampah di sekolah kami bercampur menjadi satu, kemudian langsung dibakar bersama-sama. Akan tetapi hal ini tentu akan mencemari lingkungan.
Program pemilahan sampah ini akan dihandle langsung oleh OSIS SMPIT Bakti Insani. Yang pertama kami lakukan adalah menyediakan tempat sampah organik, plastic dan kertas. Tempat sampah plastic dibagi menjadi dua yaitu tempat sampah plastic basah dan plastic kering. Siswa, guru dan seluruh warga sekolah wajib membuang sampah sesuai dengan tempatnya masing-masing. Jika melanggar maka wajib membayar denda sebesar RP 5000, – yang akan dimasukkan ke kas OSIS. Sampah yang bisa dirongsokkan atau disetor ke Tempat Penampungan adalah sampah plastic yang kering dan kertas. Sementara untuk sampah organic akan langsung dibuang ke lubang besar yang dibuat di tanah. Sementara sampah plastic basah akan dibakar. Hal ini terpaksa dilakukan karena sampah tersebut sudah tidak bisa dibersihkan lagi.
Hal yang sulit terkait pemilahan sampah di sekolah adalah bab konsistensi. Bagaimana satu dengan yang lain dalam sekolah saling mengingatkan satu sama lain. Selain itu pengumpulan sampah yang akan dipasok harus rutin dicek setiap hari atau minggu, agar sampah tersebut bisa dikumpulkan di satu wadah sesuai dengan pemilahannya. Hal ini tidak mudah karena kami memiliki kesibukan lain, walaupun ini sudah menjadi tanggung jawab pengurus OSIS. Tetapi paling tidak sekolah bisa mempraktekkan sekaligus membelajarkan kepada siswa dan warga sekolah yang lain bahwa memilah sampah itu penting untuk mengurangi sampah di sekolah.